Pertumbuhan Pariwisata Indonesia Melesat ke Posisi Sembilan Dunia
A
A
A
JAKARTA - Pariwisata Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal tersebut dibuktikan dengan keberhasilan pariwisata Indonesia menghuni peringkat sembilan di dunia.
Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC), pariwisata Indonesia melesat di posisi kesembilan dunia, dan nomor tiga di Asia, serta berada di peringkat teratas di kawasan Asia Tenggara. Selain itu penerima devisa dari sektor pariwisata terus meningkat sejak 2015.
"Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat nomor sembilan di dunia, di Asia nomor tiga dan ASEAN nomor satu," kata Menteri Pariwisata Republik Indonesia (Menpar), Arief Yahya.
Selain itu media Inggris, The Telegraph, kata Arief Yahya, mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat. "Bahkan mereka menilai pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan global. Data memang membuktikan klaim tersebut," terang Menpar Arief Yahya.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, sedangkan industri plesiran di kawasan ASEAN hanya tumbuh 7 persen dan di dunia hanya 6 persen. Indeks daya saing pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan. Menurut mereka, peringkat Indonesia naik delapan poin dari 50 di 2015 menuju ke peringkat 42 pada 2017.
Arief Yahya mengungkapkan, pada 2017 pertumbuhan sektor pariwisata melaju pesat 22 persen. Ini membuat Indonesia berhasil menempati peringkat kedua setelah Vietnam (29 persen). Di tahun yang sama rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di dunia 6,4 persen dan 7 persen di ASEAN.
"Pariwisata Vietnam tumbuh lebih baik mencapai 29 persen karena melakukan banyak deregulasi. Sedangkan Malaysia tumbuh 4 persen, begitu pula Thailand," ungkapnya.
Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak 2015 yang dari USD12,2 miliar menjadi USD13,6 miliar pada 2016 dan satu tahun berikutnya naik lagi menjadi USD15 miliar. Sementara, tahun ini ditargetkan meraup devisa USD17 miliar dan USD20 miliar di 2020.
Pencapaian lainnya yang diraih Indonesia adalah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik siginifikan dari 2015-2017. Pada 2015 sebanyak 9,7 juta, lalu 2016 menjadi 11,5 juta dan 2017 sebanyak 14 juta. Pertumbuhan total kunjungan wisman Indonesia tahun 2017 sebesar 22 persen atau lebih tinggi daripada regional ASEAN (7 persen) dan dunia (6,4 persen). Sampai Agustus 2018, jumlah wisman tercatat mencapai 10,58 juta dari 17 juta yang ditargetkan.
"Wisatawan nusantara juga terus naik. Sejak tahun 2015 sebanyak 255 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi 264 juta, dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 271 juta," jelasnya.
Ranking Index Pariwisata Indonesia yang disampaikan oleh WTTC, secara konsisten mengalami kenaikan dari ranking 70 di tahun 2013, melonjak tajam ke ranking 50 di tahun 2015, dan naik ke ranking 42 di tahun 2017.
"Pariwisata Indonesia secara konsisten terus meraih penghargaan di level internasional, di antaranya adalah 46 penghargaan di 22 negara di tahun 2016, 27 penghargaan di 13 negara di tahun 2017, dan 31 penghargaan di 9 negara sampai kwartal 3 di tahun 2018," pungkas Arief Yahya.
Menurut World Travel & Tourism Council (WTTC), pariwisata Indonesia melesat di posisi kesembilan dunia, dan nomor tiga di Asia, serta berada di peringkat teratas di kawasan Asia Tenggara. Selain itu penerima devisa dari sektor pariwisata terus meningkat sejak 2015.
"Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat nomor sembilan di dunia, di Asia nomor tiga dan ASEAN nomor satu," kata Menteri Pariwisata Republik Indonesia (Menpar), Arief Yahya.
Selain itu media Inggris, The Telegraph, kata Arief Yahya, mencatat Indonesia sebagai salah satu dari 20 negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat. "Bahkan mereka menilai pertumbuhan pariwisata Indonesia empat kali lebih tinggi dibanding pertumbuhan regional dan global. Data memang membuktikan klaim tersebut," terang Menpar Arief Yahya.
Pertumbuhan pariwisata Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai 25,68 persen, sedangkan industri plesiran di kawasan ASEAN hanya tumbuh 7 persen dan di dunia hanya 6 persen. Indeks daya saing pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan. Menurut mereka, peringkat Indonesia naik delapan poin dari 50 di 2015 menuju ke peringkat 42 pada 2017.
Arief Yahya mengungkapkan, pada 2017 pertumbuhan sektor pariwisata melaju pesat 22 persen. Ini membuat Indonesia berhasil menempati peringkat kedua setelah Vietnam (29 persen). Di tahun yang sama rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di dunia 6,4 persen dan 7 persen di ASEAN.
"Pariwisata Vietnam tumbuh lebih baik mencapai 29 persen karena melakukan banyak deregulasi. Sedangkan Malaysia tumbuh 4 persen, begitu pula Thailand," ungkapnya.
Sementara itu, sumbangan devisa dari sektor pariwisata meningkat sejak 2015 yang dari USD12,2 miliar menjadi USD13,6 miliar pada 2016 dan satu tahun berikutnya naik lagi menjadi USD15 miliar. Sementara, tahun ini ditargetkan meraup devisa USD17 miliar dan USD20 miliar di 2020.
Pencapaian lainnya yang diraih Indonesia adalah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) naik siginifikan dari 2015-2017. Pada 2015 sebanyak 9,7 juta, lalu 2016 menjadi 11,5 juta dan 2017 sebanyak 14 juta. Pertumbuhan total kunjungan wisman Indonesia tahun 2017 sebesar 22 persen atau lebih tinggi daripada regional ASEAN (7 persen) dan dunia (6,4 persen). Sampai Agustus 2018, jumlah wisman tercatat mencapai 10,58 juta dari 17 juta yang ditargetkan.
"Wisatawan nusantara juga terus naik. Sejak tahun 2015 sebanyak 255 juta, tahun 2016 berkembang lagi menjadi 264 juta, dan tahun 2017 meningkat lagi menjadi 271 juta," jelasnya.
Ranking Index Pariwisata Indonesia yang disampaikan oleh WTTC, secara konsisten mengalami kenaikan dari ranking 70 di tahun 2013, melonjak tajam ke ranking 50 di tahun 2015, dan naik ke ranking 42 di tahun 2017.
"Pariwisata Indonesia secara konsisten terus meraih penghargaan di level internasional, di antaranya adalah 46 penghargaan di 22 negara di tahun 2016, 27 penghargaan di 13 negara di tahun 2017, dan 31 penghargaan di 9 negara sampai kwartal 3 di tahun 2018," pungkas Arief Yahya.
(nug)